Zoonosis
Tahukah anda apa itu zoonosis?
Chikungunya
Gejala utama demam Chikungunya (demam chik) adalah demam mendadak, nyeri pada persendian, terutama pada sendi lutut, pergelangan, jari kaki, tangan, tulang belakang, serta ruam pada kulit. Demam chik ini ditularkan oleh nyamuk Aedes albopictus dan Aedes aegypti yang juga merupakan nyamuk penular penyakit DBD. Demam chik ini terutama dijumpai di daerah tropis/subtropis dan sering menimbulkan epidemi. Beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya demam chik yaitu rendahnya status kekebalan kelompok masyarakat dan kepadatan populasi nyamuk penular karena banyaknya tempat perindukan nyamuk yang biasanya terjadi pada musim penghujan.
Kesakitan dan Kematian akibat Chikungunya
Pada tahun 2021 ditemukan kasus demam Chikungunya sebanyak 241 kasus, jauh lebih
rendah dibandingkan tahun 2020 sebesar 1.689 kasus. Tidak ada kematian akibat Chikungunya
di tahun 2021 maupun tahun 2020. Hanya tiga provinsi yang melaporkan data Chikungunya
pada tahun 2021. Hal ini berbeda dengan tahun 2020 ketika terdapat lima provinsi yang
melaporkan Chikungunya. Ketiga provinsi yang melaporkan kasus pada tahun 2021 yaitu Jawa
Barat sebanyak 42 kasus, Jawa Tengah sebanyak 188 kasus, dan Bali sebanyak Bali 11 kasus.
Pada tahun tersebut juga dilaporkan adanya Kejadian Luar Biasa (KLB) Chikungunya di
Kabupaten Garut di Provinsi Jawa Barat sebanyak 19 kasus. Jumlah kasus Chikungunya pada
tahun 2012-2021 disajikan pada gambar berikut.
Gambar kasus
Sampai dengan saat ini belum pernah dilaporkan adanya kematian akibat chikungunya.
Faktor penyebab meningkatnya kasus antara lain kondisi cuaca yang relatif lembab dengan
curah hujan yang tinggi dan periode waktu hujan yang panjang, adanya imunitas pada daerah
yang pernah terjangkit.
Pengendalian
Pengendalian Faktor Risiko DBD dan Chikungunya
Pengendalian faktor risiko yang paling efektif adalah pengendalian vektor terpadu baik
secara fisik, kimiawi dan biologi dengan melibatkan peran serta masyarakat dalam melakukan
Pengendalian Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus. PSN 3M Plus merupakan upaya pemberantasan
sarang nyamuk secara terus menerus dan berkesinambugan melalui Gerakan 1 Rumah 1
Jumantik (G1R1J).
Kegiatan PSN 3M meliputi menguras bak mandi atau bak penampungan air, menutup
rapat-rapat tempat penampungan air dan memanfaatkan Kembali atau mendaur ulang barang
bekas yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan jentik nyamuk.
Kegiatan Plus meliputi: mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau tempat-
tempat lainnya yang sejenis seminggu sekali, memperbaiki saluran dan talang air yang tidak
lancer atau rusak, menutup lubang-lubang pada potongan bambu atau pohon, dan lainnya,
menaburkan bubuk larvasida, misalnya di tempat-tempat yang sulit dikuras atau di daerah yang
sulit air, memelihara ikan pemakan jentik di kolam atau bak penampungan air, memasang
kawat kasa, menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar, mengupayakan
pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai, menggunakan kelambu, memakai obat yang
dapat mencegah gigitan nyamuk, dan cara spesifik lainnya di masing-masing daerah.
Keberhasilan kegiatan PSN 3M Plus antara lain dapat diukur dengan angka bebas jentik
(ABJ). Jika ABJ ≥ 95% diharapkan penularan DBD dan Chikungunya dapat dicegah atau dikurangi.
Upaya pemberantasan vektor penyakit DBD dan Chikungunya hanya dapat berhasil apabila
seluruh masyarakat berperan secara aktif dalam melakukan kegiatan PSN 3M Plus melalui
gerakan 1 Rumah 1 Jumantik